Luwu Timur, Wasuponda — Kinerja pengurus Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) Kabupaten Luwu Timur kembali menjadi sorotan publik setelah beredar video sejumlah pemuda di Kecamatan Wasuponda yang melakukan sparing tinju secara mandiri di Lapangan Merah, Desa Wasuponda.
Aksi spontan itu mencerminkan antusiasme tinggi generasi muda terhadap olahraga tinju, meski dilakukan dengan peralatan sederhana dan tanpa dukungan resmi dari organisasi olahraga terkait. Dalam rekaman yang beredar di media sosial, para pemuda tampak menggelar latihan tanding secara swadaya sebagai upaya mengasah kemampuan.
Menanggapi fenomena tersebut, Ketua LSM GEMPA DPD II Luwu Timur, Fadel Anzar, menilai kegiatan itu sebagai bentuk kegelisahan generasi muda terhadap minimnya perhatian dari organisasi olahraga, khususnya Pertina di tingkat kabupaten.
“Semangat anak muda Wasuponda luar biasa, tapi sangat disayangkan jika pengurus Pertina tidak mampu menjangkau potensi mereka. Jangan sampai organisasi ini hanya aktif di atas kertas, sementara pembinaan atlet tidak berjalan,” tegas Fadel.
Ia juga menyoroti kepemimpinan Ketua Pertina Luwu Timur yang dianggap belum optimal dalam menjalankan peran pembinaan. Terlebih posisi tersebut juga dipegang oleh seorang anggota DPRD, yang menurutnya memiliki tanggung jawab besar di bidang lain.
“Menjadi pejabat publik sekaligus pimpinan organisasi olahraga tentu menuntut waktu dan dedikasi besar. Pembinaan atlet tidak bisa dilakukan sambil lalu,” ujarnya.
Fadel menambahkan, tinju merupakan olahraga yang membentuk karakter dan disiplin, sangat relevan untuk generasi muda di wilayah kecamatan yang jauh dari pusat pemerintahan. Jika potensi ini tidak dibina secara serius, menurutnya daerah akan kehilangan kesempatan besar mencetak atlet berprestasi dan bermental tangguh.
“Olahraga rakyat seperti tinju jangan hanya hidup karena semangat komunitas. Pertina dan pemerintah harus benar-benar turun tangan, bukan sekadar hadir saat event berlangsung,” katanya.
LSM GEMPA pun mendorong Pertina Luwu Timur untuk segera melakukan evaluasi internal serta merancang program pembinaan yang nyata di tingkat kecamatan. Fadel juga mengajak masyarakat ikut aktif mengembangkan olahraga lokal agar lahir bibit petinju dari akar rumput.
“Masyarakat juga perlu ambil bagian, tapi tetap harus ada wadah dan arahan pembinaan yang jelas dari Pertina,” pungkasnya.
Fenomena sparing mandiri di Wasuponda menjadi potret nyata bahwa semangat olahraga tinju masih kuat di kalangan pemuda, namun perhatian dari organisasi resmi belum maksimal. Sorotan terhadap Ketua Pertina Luwu Timur pun semakin tajam, seiring tuntutan publik agar jabatan publik yang diemban diimbangi dengan tanggung jawab sosial dalam membangun prestasi daerah.
Dengan semangat yang terus membara di kalangan pemuda Wasuponda, kini publik menantikan langkah nyata Pertina Luwu Timur — apakah akan hadir melakukan pembinaan, atau justru membiarkan semangat itu terus berjuang sendiri di atas ring buatan rakyat.












